Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi impian setiap negara,
termasuk Indonesia .
Pantas disyukuri, ekonomi Indonesia
terus tumbuh, meski sebagian besar
negara lain dilanda krisis. Pada 2013, menurut asumsi APBN, Indonesia akan tumbuh 6,8 persen.
Pertumbuhan menunjukkan bahwa kue ekonomi suatu negara
semakin besar. Kue yang membesar ini,
kadangkala tidak diikuti oleh distribusi merata. Hal ini terjadi karena
sebagian masyarakat tidak memiliki akses ekonomi, bahkan “tersisih” dari pembagian
kue pertumbuhan.
Dampak negatif pertumbuhan ekonomi berupa kesenjangan ini, tidak
boleh dibiarkan. Pemerintah Indonesia
dengan segala upaya telah melaksanakan program penurunan angka kemiskinan demi
mengurangi kesenjangan tersebut.
Hasilnya, jumlah orang miskin di Indonesia semakin menurun. Data
Badan Pusat Statistik (BPS), menunjukkan
semua itu. Pada 2011, tingkat kemiskinan turun hingga 12,49 persen dibandingkan angka
kemiskinan 2010 pada level 13,33 persen.
Keberhasilan tersebut merupakan hasil dari berbagai program
penurunan angka kemiskinan yang sudah dilaksanakan dari tahun ke tahun. Pada 1976,
saat pemerintah dipimpin Presiden Soeharto, angka kemiskinan masih sangat
tinggi hingga 40 persen atau setara 54 juta
jiwa.
Angka kemiskinan memang sempat turn hingga 22,5 juta (13,7
persen) pada 1996. Tapi jumlah penduduk
miskin kembali melonjak hingga49,5 juta jiwa (hampir 25%) pada tahun 1998 saat
krisis ekonomi menerjang Indonesia dan kawasan Asia.
Dengan makin giatnya usaha pemerintah, angka kemiskinan
kembali secara bertahap menurun lagi. Pada masa pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, penurunan angka kemiskinan semakin nyata. Mari kita cek
kembali data resmi BPS.
Pada 2005-2009 angka
kemiskinan menurun antara 1,16 sampai 1,27 persen per tahun dan mampu
mengentaskan hampir 7 juta jiwa dari kemiskinan selama periode tersebut. Dan
pada tahun 2010 angka kemiskinan masih tersisa 13,33 persen atau setara 31,02
juta penduduk.
Tahun 2011, angka kemiskinan turun lahi tinggal 12,49 persenatau 30,02 juta jiwa. Pad tahun 2012, jumlah orang
miskin kembali turun hingga tinggal 29,12 juta orang atau 11,96 persen dari total
penduduk Indonesia .
Mengapa angka kemiskinan terus menurun? Sudah tentu ini
hasil dari pelaksanaan program yang terukur dan terus menerus. Program
kemiskinan seringkali kurang terekspose media, sehingga masyarakat kurang
menyadarinya. Padahal pemerintah memiliki program yang tertata dengan baik.
Program-program kemiskinan dibagi menjadi 4 (empat) bagian. Klaster pertama, berupa Program Bantuan Sosial
dan Jaminan Sosial. Tujuannya adalah mengurangi beban masyarakat dan keluarga
miskin dalam pemenuhan kebutuhan dasar melalui peningkatan akses pelayanan
dasar antara lain melalui makanan, kesehatan dan pendidikan.
Klaster dua, Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dengan tujuan meningkatkan kapasitas,
kemandirian dan pemberdayaan masyarakat.
Klaster tiga, Program
Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang bertujuan membantu usaha mikro dan kecil untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat miskin.
Klaster empat, Program Pro Rakyat yang dilaksanakan untuk membantu
kebutuhan masyarakat yang berpenghasilan rendah dan termajinalkan.
Tentu saja, kita tak boles puas diri. Berbagai program
tersebut harus terus dievaluasi dan diperbaiki terus menerus. Dengan program
yang tepat, kita bisa berharap angka kemiskinan akan terus berkurang.
(dimuat di Jurnas halaman 6 edisi 23/1/2013).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar